A. Pengertian
Keperawatan
Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
B. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan
Kesehatan Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association)
1. Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer,
sekunder dan tersier.
b. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan
produk pendidikan dasar praktek penelitian.
c. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari
sekunder dan tersier.
d. Perawatan kesehatan menyangkut setting
pemeliharaan kesehatan primer.
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua
orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen
pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi
dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan
kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam
jangka waktu yang lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan
kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat
bertanggung jawab secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan
kesehatan.
C. Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas
dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang
sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus
terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral
dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan berlangsung secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan keperawatan dan
kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi
perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan
status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan
masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung
jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
.
D. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
1. Tujuan
Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat
kesehatan
yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas
yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai
kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan
prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/ keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang
mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/ keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan
kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka
kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia
dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang
rawan terhadap masalah kesehatan.
E. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri
sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di
sekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti:
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b.
Kelompok dengan kesehatan
khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti:
penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan
lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko
terserang penyakit, diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan
sosial)
4) Penitipan balita
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
F. Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1. Proses kelompok.
2 Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (partnership).
G. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam
memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya
preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif
dan resosialitatif
1.
Upaya Promotif
Upaya promotif
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks.
2. Upaya Preventif
Upaya
preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu
hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu,
puskesmas ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan
menyusui.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik
dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya
Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan
masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain.
Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan
secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan
penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.
H. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan
praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas
dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja
perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan:
a. Pembekalan dari departemen
komunitas dan dinas kesehatan tentang program praktek.
c. Penjajakan ke daerah, meliputi
wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan kesehatan utama.
d. Penyusunan instrumen data.
e. Uji coba instrumen pengumpulan data.
f. Pertemuan awal dengan komunitas
dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan program praktek dan mengadakan
kontrak dengan komunitas.
g. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan
kader kesehatan setempat.
h. Melakukan tabulasi data,
menganalisa data dengan pendekatan demografi, epidemiologi dan statistik serta
membuat visualisasi/penyajian data.
i. Mengidentifikasi pra musyawarah
komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan
terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan undangan.
j. Melaksanakan musyawarah komunitas
tingkat RW:
1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan
masyarakat
2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah,
prioritas masalah, garis besar rencana kegiatan
3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai
dengan masalah yang telah ditetapkan.
4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan
petugas kesehatan dari instansi terkait.
1. Tahap Pelaksanaan:
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah
bersama dengan kelompok kerja kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
1) Pelatihan kader kesehatan
2) Penyuluhan kesehatan
3) Simulasi/demonstrasi
4) Pembuatan model/percontohan
5) Kunjungan rumah (home health care)
6) Kerja bakti, daan lain-lain.
2.
Tahap Evaluasi:
a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di
komunitas dalam hal kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta
aktivitas dari komunitas.
b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan masalah.
a. Tahap Asuhan
Keperawatan Komunitas
1. Mengunakan pendekatan proses
keperawatan, dengan langkah-langkah :
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi.
2.
Mengunakan Pendekatan
Pengorganisasian Masyarakat
a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan mampu berproses dalam
mengidentifikasikan kebutuhannya, mengembangkan keyakinan untuk memenuhi
kebutuhan dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada di dalam
komunitas dan di luar komunitas.
b. Langkah-langkah
pengorganisasian Masyarakat :
1) Persiapan :
a) Pengenalan komunitas
· Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi
birokrasi yang bertanggung jawab pada wilayah komunitas dengan cara ;
1. Pengajuan
proposal dan perijinan
2. Penjelasan
tujuan dan program
à hasil : surat ijin/persetujuan
· Pendekatan Jalur Informal
Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi
dari birokrasi dengan
melakukan
pendekatan kepada :
1. Tokoh-tokoh masyarakat
2. Ketua RW, RT
3. Kader kesehatan
à Dengan menjelaskan tujuan,
program kegiatan, meminta dukungan dan partisipasi serta kontrak kerjasama.
b) Pengenalan Masalah
Tujuan : untuk mengetahui masalah
kesehatan secara menyeluruh yang benar-benar menjadi kebutuhan komunitas saai
ini.
Tahap
pengenalan masalah :
· Membuat
instrumen pengkajian/pengumpulan data
1. Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :
o Survey wilayah
o Survey populasi
o Survey masalah utama dan faktor
penyebab
o Survey kebijakan program dan
frasilitas layanan kesehatan.
o Survey potensi-potensi, sumber
pendukung di komunitas.
2. Membuat instrument pengumpulan data.
· Tabulasi
Data:
1. Membuat table tabulasi data
2. Menghitung frekuensi distribusi
3. Membuat table, diagram, grafik
frekuensi distribusi
· Analisa Data
1. Analisa Deskriptif
Membuat gambaran suatu keadaan
dari obyek yang diteliti.
2. Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan
pngaruh dari dua atau lebih subvariabel yang diteliti dengan menggunkan
perhitungan statistik.
· Perumusan Masalah
1. Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji dengan
berdasarkan hasil analisa data.
2. Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
3. Formulasi :
o Problem
o Etiologi
o Data yang menyokong.
c) Penyadaran komunitas
1) Tujuan :
1. Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas
2. Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
3. Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga
potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.
2) Kegiatan :
Mengadakan musyawarah komunitas
dengan metode lokakarya mini, dengan langkah :
1. Penyajian data hasil survey
2. Diskusi kelompok :
o Perumusan
masalah dan faktor penyebab
o Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu, tempat,
penanggung jawab dan biaya)
o Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota komunitas yang
merupakan calon kader kesehatan yang bertanggung jawabterhadap kegiatan yang
direncanakan.
3. Penyajian hasil diskusi kelompok
4. Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal,
puskesmas.
3) Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
telah direncanankan dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah
terbentuk melalui kerja sama dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes
yang meliputi kegiatan :
a)
Pelatihan Kader
b)
Penyuluhan kesehatan
c)
Pelayanan kesehatan langsung
d)
Home care
e)
Rujukan
3) Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a)
Perkembangan masalah kesehatan
yang ditemukan
b) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
c) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
d)
Rencana tindak lanjut.
Tujuan akhir perawat komunitas
adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu:
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
2.
PROSES
KEPERAWATAN MODEL CAP
Model adalah
gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. (Riehl and Roy, 1980). Model
konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep – konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai
kerangka piker, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu gambaran
tentang lingkup keperawatan.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam
pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas
yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan
program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada model ini
komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan.
Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya
berada dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien
dari berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga
garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line
of defense, dan resistance defense (lihat gambar 1).
Agregat klien dalam model community
as partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait
adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik
(Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan,
politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi
(Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock,
Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender &
Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus
artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas
ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan
dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab
terhadap kesehatan contoh dari line of resistance Anderson dan McFarlane
(2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner terdapat
dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua
bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang
merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan
terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya
pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji
dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik
individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian
keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal
komunitas. Mengidentifikasi faktor
positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat
hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi
promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini
terdapat lima kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah.
a. Pengumpulan Data
Tujuan :
Pengumpulan data dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta factor
lingkungan yang mempengaruhinya.
Kegiatan
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1. Data inti
a. Riwayat atau
sejarah perkembangan komunitas
b. Data demografi
c. Vital
statistic
d. Status kesehatan
komunitas
2. Data
lingkungan fisik
a. Pemukiman
b. Sanitasi
c. Fasilitas
d. Batas-batas
wilayah
e. Kondisi
geografis
3. Pelayanan
Kesehatan Dan Sosial
a. Pelayanan
kesehatan
b. Fasilitas
sosial (pasar, took, swalayan)
4. Ekonomi
a. Jenis
pekerjaan
b. Jumlah
penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah
pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah
pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia
5. Keamanan dan
transportasi
a. Keamanan
b. Transportasi
6. Politik dan
pemerintahan
a. System
pengorganisasian
b. Struktur
organisasi
c. Kelompok
organisasi dalam komunitas
d. Peran serta
kelompok organisasi dalam kesehatan
7. System
komunikasi
a. Sarana umum
komunikasi
b. Jenis alat
komunikasi dan digunakan dalam komunitas
c. Cara
penyebaran informasi
8. Pendidikan
a. Tingkat
pendidikan komunitas
b. Fasilitas
pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
c. Jenis bahasa
yanhg digunakan
9. Rekreasi
a. Kebiasaan
rekreasi
b. Fasilitas
tempat rekreasi
Jenis Data
Jenis data
secara umum dapat diperoleh dari
1. Data
Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari
keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2. Data
Objektif
Data yang diperoleh melalui
suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
Sumber Data
1. Data primer
Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini
mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok
dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2. Data
sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atai medical
record. (Wahit, 2005)
Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara
atatu anamnesa
2. Pengamatan
3. Pemeriksaan
Fisik
b. Pengolahan Data
1. Klasifikasi
data atau kategorisasi data
2. Perhitungan
prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3. Tabulasi
data
4. Interpretasi
data
(Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client)
c. Analisis
Data
Tujuan analisis data :
1. Menetapkan
kebutuhan komuniti
2. Menetapkan
kekuatan
3. Mengidentifikasi
pola respon komuniti
4. Mengidentifikasi
kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
d. Penentuan
masalah atau perumusan masalah kesehatan
e. Prioritas
masalah
Prioritas masalah kesehatan
masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai factor sebagai
criteria:
1. Perhatian
masyarakat
2. Prevalensi
kejadian
3. Berat
ringannya masalah
4. Kemungkinan
masalah untuk diatasi
5. Tersedianya
sumber daya masyarakat
6. Aspek
politis.
Prioritas masalah juga dapat
ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
1. Keadaan yan
mengancam kehidupan
2. Keadaan yang
mengancam kesehatan
3. Persepsi
tentang kesehatan dan keperawatan
3. Diagnosa
keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon
individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Masalah
actual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of
Association (ANA). Dengna demikian diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan
pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Contoh
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
terjadinya diare di RW. 02 Ds. Genuk Semarang suhubungan dengan :
a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk di
manefestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan, penggunaan sungai
sebagai tempat mencuci, mandi dan pembuangan kotoran.
2.
Tingginya kejadian karies gigi SMP 29 Semarang sehubungan dengan :
a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum di manefestasikan: 62% caries dengan
inspeksi pada murid-murid SMP 29.
3.
Kurangnya gizi pada balita di desa Karang Awen sehubungan dengan :
a.
Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b.
Kurangnya jumlah kader
c.
Kurangnya jumlah posyandu
d.
Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi.
4.
Resiko terjadinya penyakit
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di desa Karang Awen.
5.
Terjadinya penyakit akibat
lingkungan yang tidak sehat (Diare, ISPA, DBD) di desa Karang Awen sehubungan
dengan :
4. Perencanaan
a. Tahapan
pengembangan masyarakat:
b. Persiapan,
penentuan prioritas daerah
c. Pengorganisasian,
pembentukan pokjakes.
d. Tahap diklat
e. Tahap
kepemimpinan
f. Koordinasi intersektoral
g. Akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
5. Pelaksanaan/Implementasi
a. Tanggung
jawab melaksanakan kegiatan:
b. Bantuan
mengatasi masalah kurang
c. nutrisi,
mempertahankan kondisi
d. seimbang,
meningkatkan kesehatan
e. Mendidik
komunitas tentang perilaku sehat
f. untuk
mencegah kurang gizi
g.
Advokat komunitas.
6. Evaluasi
atau penilaian
Dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a.
Relevansi antara kenyataan
dengan target
b.
Perkembangan/ kemajuan proses,
kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta
c.
Efisiensi biaya, bagaimana
mencari sumber dana
d.
Efisiensi kerja, apakah tujuan
tercapai, apakah masyarakat puas.
e.
Dampak, apakah terjadi
perubahan status kesehatan. lama.
Proses
Evaluasi
a. Menilai
respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat
adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
3.
TERAPI
KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Definisi Terapi Komplementer
Menurut WHO (World Health
Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman
dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi
di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau
sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Berdasarkan data yang
bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari
seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di
Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi
non – konvensional di berbagai media
B. Jenis – Jenis Terapi
Komplementer
1. Praktek-praktek penyembukan
tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.
2. Terapi fisik seperti
chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti
terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi,
termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin
dan mineral
C. Fokus Terapi Komplementer
1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan
hiperaktif
3. Pasien kanker
D. Peran Perawat Dalam Terapi
Komplementer
1. Perawat adalah sebagai
pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan
intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara holistik dengan
memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi
kepada pasien.
E. Teknik Terapi Komplementer
Di Indonesia
ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan
konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupuntur
Akupunktur medik yang
dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode yang berasal dari
Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya
adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai
komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin
yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik,
Terapi heperbarik yaitu
suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang
memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer
normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara
3. Terapi herbal medik,
Terapi herbal medic yaitu
terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam
kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar
yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan
herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada,
daya efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa
dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta
fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan
untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan
pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan
nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat
dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue
(kelelahan) dan neuropati.
F.
Persyaratan
Dalam Terapi Komplementer
Ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
2. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat
izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan
terus – menerus
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T., and McFarlane,
J.(2000). Community as partner: Theory and practice in nursing, 3rd.ed,
Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley,
B.W.(2001). Community health nursing : Concepts and practice, 4th.ed,
Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing
in the community: Dimensions of community health nursing, Standford,
Connecticut: Appleton & Lange
George B.
Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd
ed.
Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat
Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :
Jakarta.
Mubarak,
Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv
Sagung Seto : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar